Kenji Net : Si Koboy Kocak Teman Masa Kecil Bocah Kelas Menengah

“Ketika kamu bisa mengendalikan apa yang kamu inginkan maka kamu akan merasakan kebahagian ” saya lupa – lupa ingat kata-kata lebih tepatnya tapi kurang lebih intinya tentang pengendalian diri terhadap keinginan, saya juga lupa siapa yang mengatakannya apakah Seneca, Marcus Aurelius atau Epictetus, yang pasti qoute tersebut diucapkan oleh tokoh stoikisme.

Keinginan akan selalu menjadi bagian dari diri manusia, entah keinginan yang realisitis ataupun cuma sebatas angan-angan. Biasanya keinginan menjadi sumber ketidakbahagian manusia. Banyak manusia yang dibuat galau atau lebih parahnya lagi depresi hanya karena memiliki keinginan.

Ngomong – ngomong soal keinginan, nah karena blog ini bertema seputar makanan dan minuman instan pabrikan. Saya punya pengalaman masa kecil yang berhubungan dengan keduanya keinginan dan makanan, dulu ketika saya masih kelas 4 sd jajanan punya kastanya sendiri, maksud saya, diwarung itu ada makanan yang kastanya tinggi sehingga uang jajan bocah kala itu tidak cukup untuk membelinya , dan kasta rendah yang bisa dibeli.

Saya masih ingat, Taro itu masuk kedalam kategori jajanan kasta tinggi, dulu Taro belum memiliki kemasan kecil, masih memiliki kemasan besar dengan harga 5 ribu rupiah. Tentu saja harga segitu terlalu tinggi untuk bocah yang kala itu uang jajannya hanya 500 rupiah atau paling besar 1000 rupiah.

Saya tidak bisa menikmati Taro setiap saat, tapi hampir setiap tanggal muda saja. itupun kadang selingan dengan Twistko jagung bakar yang memiliki bungkus warna hitam. Setiap tanggal muda saya ikut kakek saya ngambil uang pensiunan, nah pulangnya bisanya saya dibebaskan untuk membeli apapun yang saya inginkan. Taro sama Teh kotak selalu menjadi pilihan saya, itupun belinya diwarung warung pinggir jalan atau toko, dulu indomaret atau alfamaret belum ada dikota saya.

Penderitaan saya yang tersulit saat masih bocil  adalah menahan rindu rasa Taro, ditambah ketika ngambil uang pensiunan saya dibuat galau dengan pilihan. Twistko atau Taro, kalau keduanya beli berarti Teh kotak tidak beli, dan menurut saya kedua snack itu akan sangat cocok bila dinikmati dengan Teh kotak. Saya hanya punya jatah dua jenis jajanan saja, mengingat sebelumnya sudah wisata kuliner juga dengan nenek saya, jadi kakek saya membatasi snack yang bisa saya beli.

Hingga tiba masanya dimana saya dipertemukan dengan snack  kemasan berwarna hijau disebuah warung kecil tempat saya biasa jajan kalau ngaji. Dikemasannya terlihat jelas bahwa isinya adalah snack yang mirip sekali dengan Taro, dan snack ini bernama Kenji Net.

Tema promosinya hampir sama dengan Taro, yaitu membuat karakter fiktif sebagai brand ambasador sekaligus maskotnya. Dulu cara ini sangat efektif sebagai strategi pemasaran, bahkan bukan cuma di  makanan tapi juga produk lain, masih ingat dengan maskot deterjen Daia pria berkacamata dengan rambut warna warni ? Dia bukan selebritis, tapi pria biasa yang diciptakan sebagai maskot sekaligus brand amabasador saja,  Tapi kini dunia marketing  berubah setelah artis korea menginvasi dunia per-ambasadoran negeri kita.

Kenji net, saking ingin maskotnya seolah olah hidup di dunia nyata, dibelakang kemasannya sampai dikasih karakter tambahan dengan  keterangan mengenai watak dan tingkah lakunya. Untuk bocah kelas menengah seperti saya yang hidup dijaman kartun dan imajinasi lagi bagus bagusnya, saya sempat terbius dengan para karakter ini, maksud saya setiap kali makanan snack ini saya membayangkan bahwa saya adalah Kenji.

Kenji net dengan harga yang lebih masuk akal berhasil mengobati rindu saya pada Taro, walaupun rasanya tidak setajam dan serenyah Taro tapi minimal bentuknya sudah menyerupai. Kanji net hampir saya beli setiap pulang ngaji, kalau masih ada diwarung.

Awalnya cuma pengobat rindu sambil menunggu makan Taro ditanggal muda. Lama – lama saya mulai terbiasa dengan rasanya dan jadi suka, perlahan lahan keinginan saya pada Taro sudah tidak sebesar dulu lagi. Kenji net mulai menjadi teman akrab nyemil saya, snack ini harganya lebih masuk akal dan bisa saya beli kapan saja.

Jadi jauh sebelum saya tahu apa itu stoikisme sebenarnya saya sudah mempraktekannya sedari bocah tanpa saya sadari. Saya sudah belajar bagaimana mensukuri dan menerima apa yang ada dan kita bisa, ternyata lebih menenangkan dan membahagiakan daripada menginginkan apa yang sebenarnya kita belum mampu untuk menggapainya. Semua itu berkat Kenji Net.

Setelah sekian lama saya tidak melihat snack ini ( yang kira sudah tidak di produksi lagi) kemarin saat saya sedang maen ke kota orang dengan tidak sengaja saya melihat snack ini disebuah warung kecil. Saya makan Kenji Net lagi dengan penuh nostalgia. Terima kasih Kenji Net karena telah menemani saya saat bocah.

Tinggalkan komentar