Sejumput Kenikmatan

Oleh : Keerthana Muralisekar (diterjemahkan oleh Rian Ramdani)

Mungkin kamu penasaran apa yang saya maksud dengan judul diatas, ini tentang garam. Saya pikir saya tidak pernah menambahkan banyak garam pada makanan  dibanding dengan merica atau lada yang selalu saya tambahkan lebih banyak. Tapi sekarang setelah saya mulai memasak, saya jadi lebih tau. Menambahkan garam pada makanan membuat pengalaman makan menjadi lebih nikmat, garam membuat cita rasa makanan menjadi lebih tajam dan dalam. Faktanya garam lebih mempengaruhi sebuah rasa makanan dibanding  bumbu yang lain.

Begitu banyak mitos tentang garam. Ibuku selalu bilang saat aku kecil, tidak boleh membuang atau menumpahkan garam karena itu  bisa membawa kesialan, memang seharusnya saya tidak boleh membuang buang garam bukan ? Terlepas dari mitos itu, garam memang digunakan dalam upacara keagamaan. Orang – orang Jerman percaya siapa yang menumpahkan garam akan membangkitkan permusuhan karena mereka pikir itu adalah arahan langsung dari setan, si penghancur kedamaian. Yang lainnya percaya menumpahkan garam akan membuat sial karena Judas Iscarot  juga menumpahkan garam saat perjamuan terakhir. Tetapi disisi lain, banyak orang bilang kalau melemparkan sejumput garam pada bahu sebelah kiri bisa menangkal nasib buruk. Tapi dalam tulisan ini saya bukan ingin membahas bagaimana dan asal muasal mitos tentang garam dikalangan masyarakat itu muncul atau dipercaya.

Garam bisa membuat perbedaan yang sangat kentara dalam makananmu, menambahkan sejumput garam bisa mengacaukan rasa makanan, tapi terkadang sebaliknya menambahkan sedikit garam bisa membuat rasa makanan justru lebih nikmat. Saya punya pelajaran yang merupakan bagian dari kurikulum yang membahas tentang pentingnya, keuntungan dan resiko dari garam, dan saya menemukan istilah “Halophobia”. Apakah kamu tahu ada orang yang takut terhadap garam dan takut pada makanan asin ? Saya yakin tidak dan ketika saya searching “dampak buruk dari garam” atau “efek dari garam” saya menemukan ribuan artikel yang membahas tentang penyakit jantung, darah tinggi, kanker, hal itu membuat saya berpikir dua kali sebelum memesan garlic bread.

Kenapa garam diberi lebel sebagai musuh kita ? Garam hanya sebuah zat alami yang umum yang berada didalam tubuh kita bersama sodium yang dibutuhkan untuk memberikan dorongan pada saraf, bertanggung jawab atas menegang dan mengendurnya otot otot kecil, dan juga fungsi lainnya. Perusahaan-perusahaan mengiklankan garam dengan tulisan “kandungan sodium rendah” atau “sodium yang sudah dikurangi” untuk menarik perhatian kita, tapi yang tidak mereka beritahukan kepada kita adalah “mengurangi sodium” berarti tinggi kalium dan itu sama saja mengandung banyak resiko.

Seperti sebuah ungkapan ” apapun yang berlebihan tidak baik” . Jadi daripada mengantisipasi ketakutanmu akan garam  dengan tidak sama sekali mengkonsumsi garam bukankah lebih bijak dengan mengkonsumsi garam secukupnya saja.

Selanjutnya adalah perbedaan dari jenis garam. Apakah ada banyak jenis garam dan perbedaannya apa ? Jika seseorang bertanya pertanyaan seperti ini sebelum saya menulis tulisan ini, jujur saya  tidak tahu harus menjawab apa. Tapi sekarang, saya sangat berterima kasih pada memampuan saya dalam research, sehingga saya menjadi lebih tahu. Jenis garam yang paling umum yang digunakan ada tiga, yaitu  kosher salt, sea salt, pink salt.

Garam kosher dan garam meja pada dasarnya sama, garam asli yang belum diolah lagi. Garam kosher masih berupa garam asli hasil sulingan yang bentuknya masih kasar seperti kristal kristal kecil, sedangkan garam meja adalah garam kosher yang bentuknya sudah lebih dihaluskan. Garam meja biasanya mengandung 97 hingga 99 persen sodium chloride, dengan sedikit ditambahkan zat anti penggumpalan.

Sea salt atau garam laut dibuat dari uap air laut. Sea salt ini bisa dikatakan garam khusus, kandungan mineralnya tergantung dari tempat air lautnya diambil, jadi bisa berbeda beda. Sea salt dibuat dengan metode penguapan.

Pink salt mempunyai warna yang paling menonjol diantara jenis garam lainnya yaitu berwarna pink cerah, garam ini kebanyakan berasal dari tambang garam khewra di pakistan. Warna pink pada garam ini berasal dari kandungan iron oxide, dan sisanya adalah kandungan sodium chloride, kandungan kimianya sebagian besar hampir sama dengan garam dapur.

Jika pink salt sama saja dengan garam meja kenapa banyak orang yang terobsesi dengan  garam ini ? Menurut sebuah penelitian kandungan mineral pada pink salt sedikit lebih banyak dibandingkan dengan garam meja, kendati demikian perbedaanya hanya 1,7 kgs jika dibandingkan dengan pink salt yang berasal dari himalaya, garam jenis ini memiliki kandungan kalium  yang lebih tinggi dibanding dengan yang jumlah harian dibutuhkan oleh tubuh, jadi tidak baik jika garam jenis ini dikonsumsi setiap hari.

Mengutip kembali sebuah pepatah yang saya tulis diatas “apapun yang berlebihan tidak baik”. Jadi kunci hidup sehat adalah tentang keseimbangan,  mengkonsumsi garam dengan takaran yang pas tidak berbahaya justru sebaliknya. Jadi Ingatlah, garam bukan musuh kita jika digunakan dengan bijak.

Seperti yang Samin Nostrat (chef sekaligus penulis makanan – penerjemah) bilang ” gunakan garam dengan baik. menambahkannya dengan kadar yang pas, diwaktu yang tepat, dengan makanan yang tepat pula. Menambahkan sedikit garam pada masakan akan mengeluarkan cita rasa dari makanan itu sendiri, tapi jika menambahkannya berlebihan justru akan merusaknya.”

Saya memutuskan menulis artikel tentang garam ini  karena garam adalah bumbu favorit saya. Ada jutaan bumbu dengan berbagai rasa yang digunakan untuk memasak, tapi hanya garam bisa menyatukan semuanya.

Tinggalkan komentar